Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Satu (1) Buku Untuk Berpisah

 

Buku Untuk Berpisah


Buku, berpisah



Seperti judulnya "satu buku untuk berpisah" cerita ini mengisahkan seorang lelaki yang harus berpisah dengan teman perempuannya karena hanya satu Buku.


Sebelumnya perkenalkan aku Lukman (Nama Samaran) sekarang aku sedang melanjutkan perkuliahannku di salah satu Universitas yang ada di Jogya, kurang lebih satu tahun sudah aku di Jogya untuk melanjutkan studi, ingin sekali rasanya pulang ke kampung halaman yang sangat aku rindu, rindu suasananya, rindu masyarakatnya, rindu bahasanya, rindu teman-teman dan pasti rindu keluarga. Bandung, itulah kampung aku.


Entah harus mengucap syukur atau berduka, ditengah pandemi corona, aku merasa Bandung berteriak kepada aku "waktunya pulang, dekaplah dipelukan hangatku" tepat tanggal 30 Mei 2020 aku memenuhi panggilan itu, dan merasakan hangatnya pelukan yang diberikan, namun apalah daya kerinduan yang telah aku rangkai belum bisa aku lepaskan, karena aku harus berdiam diri dirumah selama dua minggu waktu yang telah ditetapkan agar aku benar benar bisa dipastikan tidak bersahabat dengan virus.


1 April 2020 aku berkomunikasi dengan teman aku, Luna (nama samaran) teman yang selalu ceria dan baik hati, kebetulan dia juga bekerja di salah satu perusahaan yang ada di  Bandung. Malam hari dimana orang-orang melepaskan lelah dengan sedikit canda, tawa, dan bahkan bercerita melalui media sosial, begitu juga aku, aku bercerita, bercanda, dan tertawa dengan Luna layaknya yang orang lain lakukan.


Di sela-sela canda yang telah terjadi, Luna menanyakan "gimana bang rasanya di isolasi dua minggu ?" pasti suntuk sekali kan ? "iya jawabku rasa suntuknya bagaikan karang yang tak pernah bosan di terjang ombak"  lanjut bercanda aku bilang "kirimin dong satu buku yang rekomended" (karena bekerja ditoko buku) tidak lama dari itu, dua gambar bukupun masuk ke layar Hp yang sedang aku tatap dan dia berkata "mau yang mana ?" wah seneng dong di traktir buku nih, (dalam hatiku).


Tidak semudah itu percaya dan seakan meragukan kebaikannya, aku tanya "ini seriusan Lun ?" eh dianya ngejawab "bercanda", tiba tiba langsung teringat ini pasti bagian dari april mop, jadi biar kayak orang orang gitu (hahah). Yaudah deh pikirku gak papa lagian udah ketebak juga. Namun selang beberapa menit kemudian, kembali masuk satu pesan dai Luna yang mengatakan "emang komuk Luna kelihatan bercanda ya bang?" "gimana mau tau orang mukanya aja gak keliatan jawabku. terus Luna bilang "padahal Luna serius loh bang", wah gak nyangka dong dia serius dan sebaik itu. Hingga perbincangan itu tertutup dengan aku yang ketiduran.


2 Apr 2020 saat cerita ini ditulis, siang hari Luna ngechat "bang nanti kalo ada waktu selepas pulang kerja bukunya Luna antar ya ?" aku bilang "yaudah gak papa gak usah buru-buru santai aja nunggu offnya aja, "gak papa bang nanti kalo off udah malas keluar" tutup Luna.


Hingga Langit menghikangkan warna senjanya tanda magrib sudah usai Luna ngabarin "dimana bang ? yang mana rumahnya ni ?" aku jawab "yaudah tunggu aku keluar dulu", begitu keluar bener dong ada teman aku yang baik hatinya mengantarkan buku yang tempo hari sudah aku pilih ketika kami saling bertukar canda, wah makasih ya Lun gak nyangka beneran di kasih dan di anterin pula kata aku begitu. Hanya 1-2 menit perbincangan itu usai, Luna pergi untuk pulang, hati-hati Lun kataku.


tidak lama dari Luna beranjak pergi, ada dua wanita lewat yang aku juga tidak tahu itu siapa, namun setengah jam berselang Hp berbunyi tanda masuknya WA yang isinya "Lukman hahahaha" (pesan WA)  iya dia Miya (nama samaran) dia adalah teman aku, Miya juga teman Luna, aku, Miya dan Luna kami bertiga adalah teman yang kenal di perusahaan kami bekerja dulu


aku tanya dong "oh, itu tadi kamu ya yang lewat ?" "iya aku sama Siska (nama samaran) begitu jawab miya kepada aku. Siska itu juga teman kami, yaps kami berasal dari perusahaan yang sama dulunya.


setelah itu aku nanya lagi dong "kenapa tiba-tiba nyasar kerumah aku ?, apa Luna ngomong ya ke kalian kalo dia mau nganterin buku ke rumah aku?" begitu tanya ku. (karena aku mengira kalo Luna yang bilang ke Miya dia mau mengantar buku, jadi biar Miyanya bisa juga ikutan, untuk sekedar melihat ingin melepas rindu, ya aku paham akan hal itu, tentu kami sama sama merindu) – karena miya mantan kekasihku.


Miya membalas pesan ku "oh dekat ya ? aku dan Siska cuman iseng aja lewat rumah kamu" begitu jawab Miya kepada aku. (sontak aku berpikir wah aku salah nanyain ni, udah pasti bakalan terjadi sesuatu ni)


aku jawab, enggak dekat kok, biasa aja dia cuman nganterin buku doang udah gitu aja terus langsung pulang. Miya ngomong kalo jumpa sama Luna bisa ? sama aku gak bisa ?", aku jawab "aku juga bukannya jumpa kok tapi memang cuman sekedar Luna nganterin buku doang, udah gitu aja.


ya, mungkin karena masih ada perasaan atau ada rindu yang terpendam jadi kesal adalah hal yang wajar pikirku. Miyapun menutup pembicaraannya dengan yaudah maaf ganggu. Iya siap, biasa aja balasku.


Selepas dari situ aku chat Luna dong, makasih ya Lun, aku jadiin story ya, biar kayak orang-orang pikirku begitu, namun balasan Luna “gak usah” lagian kak miya juga udah tau, aku jawab iya dia tau mungkin karena aku tadi nanyain akan kejadian yang telah terjadi tadi (kejadian tadi juga aku ceritakan pada Luna).


aku tau maksud Luna, maksudnya baik dia gak mau perasaan teman dekatnya tersakiti/terluka karena dia ada hubungan baik sama aku, dia juga gak mau di anggap sebagai pengganggu. Ya wajar sih aku juga mengerti akan hal itu, sungguh memang Luna teman yang baik.


Tapi bukankah aku berhak berteman sama siapa saja ?

bukankah aku juga layak merasakan apa yang orang rasakan ? 

berteman dengan siapa saja, bercanda dengan siapa saja, tertawa dengan siapa saja, chattingan dengan siapa saja dan hal-hal lainnya.


Namun setelah kejadian itu, Luna gak mau berkomunikasi lagi dengan aku, demi menjaga perasaan temannya, ya perasaan Miya agar perasaannya tidak sakit dan tidak terluka. kurang baik apalagi sosok teman seperti Luna.


Permintaan maaf tutup aku, maaf maaf dan maaf sudah membuat semuanya seperti ini, maaf dan maaf lagi ku sampaikan kepada Luna, dan aku tutup dengan "semoga hubungan Luna dan Miya baik-baik saja ya bye~


aku merasa malam ini, perteman itu, dan buku yang diberikan menjadi perpisahan antara aku dan Luna, semoga kita baik-baik saja tidak ada hati yang terluka, dan selamat untuk kembali mewarnai hidupmu tanpa aku. Sedih, jadi kata paling tepat untuk menggambarkan semuanya, jauh jauh dari Jogya pulang ke Bandung dengan sedemikian itensi yang sudah dirancang dan ada yang baik hatinya ngasih hadiah buku biar gak gila karena isolasi, malah kehilangan teman. Ya tapi gak papa, ini menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan.

Cerita Ini berdasarkan pengalaman dari seorang teman, tidak ada maksud apa apa dari cerita ini, hanya saja menyimpan kenangan dalam tulisan. (semua nama yang disebut sudah mempunyai pasangan hidup masing masing semoga bahagia dunia akhirat)

Terimakasih teman

Semoga di lain waktu kita dapat kembali bertemu.


Baca Juga Tak Seindah Cinta Romeo

Baca Juga Apa Sebenarnya Cinta

Mirza Irwanda
Mirza Irwanda Hallo Sobat Literasi (Solit) perkenalkan saya Mirza Irwanda, dan kalian bisa memanggil saya Mirza atau Wanda, Sekian saja ya jika ingin kenal lebih lanjut sudah banyak kontak yang bisa di hubungi kok.

Posting Komentar untuk "Satu (1) Buku Untuk Berpisah"