80 Persen Mahasiswa Salah Memilih Jurusan Kuliah ?
Berkah Dari Salah Jurusan
Fenomena salah jurusan saat ingin melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi masih saja selalu terjadi setiap tahunnya, padahal sudah banyak informasi yang bisa kita temui dan kita akses untuk meminimalisir kesalahan dalam memilih jurusan yang kita inginkan. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa Menurut ahli Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF), Irene Guntur menyebutkan bahwa sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah dalam memilih jurusan. Angka yang sangat fantastis bukan ?
Apakah anda ada di dalam salah satu angka tersebut ?
Jika anda memang berada dalam angka tersebut jangan khawatir anda tidak mungkin sendirian, karena saya juga salah satu orang yang salah dalam memilih jurusan, namun “salah jurusan” ini membawa saya sampai bisa menyelesaikan pendidikan pascasarjana saya, dan terwujudnya keinginan saya untuk berangkat ke salah satu kota yang ingin saya kunjungi. Jadi bagi saya pribadi salah jurusan tidak selalu salah.
Saya akan sedikit berbagi pengalaman saya saat saya merasa gagal dalam mencapai keinginan saya untuk memasuki fakultas atau jurusan yang sangat saya impikan. Semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi teman teman semuanya.
Tahun 2013 silam saya memperoleh ijazah Sekolah Menengah Atas, di ujung ujung masa sekolah tidak heran lagi jika sudah ribut sana sini membahas ingin melanjutkan pendidikan kemana setelah lulus SMA, ada yang ingin menjadi Polisi, Tentara, masuk Perguruan Tinggi di fakultas teknik, kedokteran, sospol, ekonomi dan lain sebagainya. Namun tidak ada satu orangpun yang memilih melanjutkan pendidikannya di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yaps dan saya salah satu orang yang sangat menolak untuk melanjutkan pendidikan saya di FKIP. Jujurly saya sangat tidak senang mengajar, dan saya tidak suka menjadi guru, jika ditanya kenapa demikian ? rasa ini timbul selama saya bersekolah saya melihat bagaimana cara guru mengajar, bagaimana guru diperlakukan oleh murid, bagaimana guru harus bersabar dan lain sebagainya, dan saya rasa ini termasuk pekerjaan yang sangat membosankan bagi saya. Pada saat itu saya sangat ingin masuk di fakultas ekonomi pada salah satu universitas yang ada di daerah saya (ACEH).
SNMPTN-Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, kita tahu seleksi ini adalah seleksi yang tidak melakukan ujian tulis, melaikan lebih akrab di kenal dengan “Jalur Undangan” dan setiap sekolah mendapatkan hak untuk siswanya mengikuti jalur undangan ini. Saya salah satu yang mengikuti jalur undangan ini, karena saya yakin bisa keterima di fakutas yang saya impikan, karena berdasarkan hasil diskusi saya dengan guru guru saya, agar keterima melalui jalur undangan ini, harus mempunyai nilai rapor yang bagus atau secara grafik naik ke atas untuk setiap mata pelajaran, jadi memudahkan kita untuk masuk ke fakultas yang kita tuju, misalkan pelajaran ekonomi, dari kelas 1 kelas 2 dan kelas 3 nilai mata pelajaran ekonomi harus semakin meningkat, agar bisa keterima di fakultas ekonomi, begitulah kira kira.
Setelah menerima informasi bagaimana cara agar kita bisa diterima melalui jalur undangan, saya dan teman teman saya tidak menunggu lama untuk mendaftar di Universitas dan Fakultas impian. Saat itu saya ingat betul saya bersama 1 teman saya pergi ke salah satu warung internet (warnet) untuk mendaftar di Universitas melalui jalur undangan, untuk menghemat uang dan lebih memudahkan komunikasi, saya dan teman saya hanya menyewa satu “biling warnet” saja, disinilah awal mula terjurumusnya saya kedalam lubang hitam yang sangat sangat saya benci.
Ketika itu saya dibantu oleh teman saya ini untuk mendaftar, saya hanya mengatakan kepadanya saya ingin masuk di fakultas ekonomi jurusan management Universitas Syiah Kuala yang menjadi salah satu kebanggan masyarakat Aceh, pada saat itu juga dia mengatakan kalau di fakultas ekonomi Universitas Syiah Kuala tidak ada jurusan “ekonomi managemen” karena hanya tertulis management, akuntansi, perpajakan, pemasaran, dan lain lain, yang tidak di awali kata “ekonomi” karena dengan pengetahuan kami yang minim jika tidak ada kata ekonomi maka jurusan tersebut tidak ada di fakultas ekonomi. Namun tidak beberapa lama dia mengatakan ada “pendidikan ekonomi” lantas saya langsung menanyakan kembali apakah ini di fakultas ekonomi ? iya jawabnya. Yasudahlah pikir saya saat itu, yang penting saya masuk dulu ke fakultas ekonomi yang saya impikan. Tutuplah hari itu dengan pilihan yang sudah saya ambil di “pendidikan Ekonomi”
Pada saat pengumuman tiba, saya sangat senang karena saya dinyatakan lulus pada pendidikan ekonomi, dengan jalur undangan, sedangkan teman saya harus kecewa karena tidak lulus di jalur undangan, sebagai murid yang tidak mendapatkan ranking di sekolah, keterima di universitas dengan jalur undangan suatu prestasi dan kebanggaan bukan ?
Namun singkat cerita saya akhirnya mengetahui kalau pendidikan ekonomi itu adalah salah satu jurusan yang ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) saya merasa sangat kecewa, dan putus asa, bahkan seiring berjalannya perkuliahan saya hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) tidak ada yang menarik di masa perkuliahan saya, semuanya terbalut rasa kecewa yang mendalam.
Saya juga sempat mengikuti tes SBMPTN- Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri, namun hasilnya saya gagal, tidak berhenti di situ, saat masa perkuliahan saya juga sempat mengajukan perpindahan ke fakultas ekonomi sebanyak 2 kali, pada semester 3 seingat saya, saya mengajukan perpindahan ke fakultas yang masih saya impikan itu dengan memilih “akuntansi” namun hasilnya tidak lolos. Pada semester 5 saya mengajukan perpindahan lagi ke fakultas impian dengan memilih “ekonomi islam” disini saya yakin keterima mengingat jurusan ini masih baru dibuka. Memang hasilnya tidak mengecewakan, saya keterima di ekonomi islam, namun dengan syarat yang begitu berat, saya harus mengulang semua mata kuliah, padahal matakuliah yang di ampu juga sama. Hal ini membuat saya mengurungkan niat saya, karena saya pikir terlalu sayang jika harus mengulang untuk semua mata kuliah yang sama.
Singkat cerita saya meluluskan perkuliahan saya di FKIP pada tahun 2018 walaupun masih terbalut dengan rasa kecewa saya, “ya” selama itu saya masih merasa kecewa. Namun seiring berjalan waktu saya bisa memaafkan rasa kecewa saya dan berdamai dengan kesalahan saya di masa lalu.
Di tahun 2017 bulan Desember disaat sedang menunggu kelulusan, saya bekerja di salah satu perusahaan yang ada di Aceh, saya bekerja di toko buku “Gramedia” saat saya bekerja disana timbul rasa saya ingin bekerja di luar kota sebagai perantau, saya ingin merantau dan bekerja ke kota impian saya yaitu “Kota Bandung” namun harapan dan impian itu juga harus terkubur karena saya tidak mendapatkan izin dari orang tua saya.
Pada tahun 2019 salah satu Universitas yang ada di Bandung membuka penerimaan mahasiswa baru jenjang pascasarjana, pertimbangan panjang untuk melanjutkan kekecawaan saya harus saya lanjutkan karena saya sangat ingin ke Kota Bandung, lagian saya juga sudah berdamai dengan kekecawaan saya. Akhirnya saya mengikuti tes dan dinyatakan lulus, izin dari orang tua saya juga sudah diberikan, karena untuk melanjutkan pendidikan orang tua saya mengizinkan.
Akhirnya kekecawaan dan salah jurusan membawa saya ke kota yang sangat ingin saya pergi yaitu Kota Bandung, kekecewaan dan salah jurusan juga membawa saya berhasil menyelesaikan pendidikan pascasarjana saya disana.
Ternyata terjurumus kedalam lubang hitam bukan hal yang begitu buruk jika kita bisa berdamai, dan menikmati prosesnya bukan ?
Jadi, pesan dari saya jika anda merasa salah jurusan dan telah gagal dalam berbagai cara untuk mendapatkan apa yang ada impikan, maka berdamailah, maka maafkanlah, itu akan lebih baik bagi anda. Karena setiap anda menghindari takdir, maka akan membuat anda semakin dekat dengan takdir itu sendiri.
Semoga salah jurusan membawa banyak manfaat bagi anda.
Posting Komentar untuk "80 Persen Mahasiswa Salah Memilih Jurusan Kuliah ?"